Ewako Le Coq-Orient

Wednesday, November 09, 2016

Nikmati Musim Panas Seru di Negeri Kanguru

Story by. Ahmad Yani Hasti

Ini merupakan informasi penting tentang Kota yang menjadi destinasti pilihan menarik di Australia. Eits, tapi jangan salah dimengerti. Saya tidak bilang bahwa kota-kota lain di Australia itu buruk atau tidak menarik. Melainkan karena beberapa hal yang melekat pada kota ini dan menjadi pertimbangan khusus bagi saya, maka inilah kota pilihan terbaik versi saya. Kota yang disebut Sydney.

Australia adalah negara yang menawan. Kenyataannya, Negeri Kanguru ini memiliki kota-kota indah dengan berbagai objek wisata menarik yang sungguh sayang dilewatkan. Tapi ini adalah negara yang begitu luas. Sementara kita acapkali harus diperhadapkan pada waktu libur yang terbatas. Biasanya kita hanya sempat untuk mendatangi satu kota saja. Dan untuk berbagai alasan, saya pun akhirnya menempatkan Sydney sebagai pilihan utama.

Sydney Opera House merupakan ikon Kota Sydney dan Mahakarya Arsitektur Modern di abad ke-20.
Source: http://www.gettyimages.com/
Photo by. James Head
Anda bisa saja mendapatkan tiket murah untuk ke kota lain Australia. Tetapi melewatkan Sydney itu sama saja jika anda belum mengunjungi Australia sepenuhnya. Sydney merupakan kota terbesar di Australia. Meski bukan wilayah dimana ibukota negara berada, tetapi Sydney telah menjadi ikon penting bagi Australia. Tidak melakukan tour ke Sydney, itu seperti ke Singapura tetapi tidak mengunjungi Patung Merlion, atau ke Paris tetapi lupa berfoto di depan Menara Eiffel. Tidak ada cara lain menikmati perjalanan wisata ke Australia, selain mengeluarkan biaya ekstra dan bertandang ke Sydney.

Wisata ke Australia tentu bisa dinikmati kapan saja. Pemerintah Australia sangat baik dalam memanjakan wisatawan. Setiap tahunnya diselenggarakan begitu banyak festival, termasuk festival yang menampilkan ragam budaya di Australia. Jika beruntung, anda mungkin bisa melihat atraksi budaya dari penduduk asli di Australia yaitu Suku Aborigin. Tetapi tentu saja kita tidak akan melewatkan cara lain menikmati Sydney dengan merasakan suasana Musim Panas di Australia. Orang Indonesia hanya memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, maka menikmati liburan musim panas di Sydney akan menjadi pengalaman baru yang berharga. Musim panas di Australia bisa dinikmati dari Desember hingga Februari.

Apa yang menarik di musim panas? Tentu saja, orang-orang akan lebih banyak menikmati aktivitas di luar ruangan. Anda bisa berjalan-jalan menyusuri pusat perbelanjaan di Sydney dan melihat-lihat bangunan di sana. Bangunan-bangunan di Sydney, entah modern ataupun klasik, semuanya terlihat luar biasa. Anda akan begitu mudah untuk mencintai kota ini. Begitu banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Mencicipi makanan-makanan yang menggugah selera hingga menghabiskan hari di tepi pantai.

Untuk menjelajahi Kota Sydney kamu bisa menggunakan kereta. Di Sydney, kereta merupakan Akses/Transportasi andalan yang digunakan ke berbagai tujuan. Jauh dan dekat biayanya tetap sama. Jadi untuk lokasi yang jaraknya tidak begitu jauh, sebaiknya berjalan kaki saja. Sehat dan hemat.

Tempat-tempat di Sydney yang Wajib Kamu Singgahi

Sydney Harbour Bridge

Jembatan Sydney Harbour atau Sydney Harbour Bridge merupakan jalur penyeberangan di Pelabuhan Sydney. Salah satu ikon di Sydney dengan desain yang menarik. Meski bukan jembatan yang terpanjang, tetapi Sydney Harbour Bridge dinobatkan sebagai jembatan terlebar di dunia. Nikmati pemandangan di sekitarnya dan ambillah beberapa foto melalui ponselmu.

Sydney Opera House

Dari Sydney Harbour Bridge, anda bisa bepergian ke Sydney Opera House yang jaraknya tak jauh dari sana. Ke Sydney rasanya belum afdal kalau tidak ke tempat yang satu ini. Dari kejauhan, Sydney Opera House berbentuk seperti perahu origami. Bentuknya sangat unik, dan dianggap sebagai Mahakarya Arsitektur Modern di Abad ke-20. Kebanyakan turis tidak mau melewatkan tempat ini untuk berfoto. Di dalam gedung, kamu juga bisa menyaksikan pertunjukan.

Bondi Beach

Di Musim Panas, pantai menjadi tempat paling tepat untuk dikunjungi. Dan Bondi Beach adalah pantai pilihan utama di Sydney. Di sana, terlihat lengkungan besar berpasir putih dengan lautnya yang mengeluarkan kilau kebiruan. Kerumunan turis dari berbagai penjuru memadati pasir putih di sana. Tebing dan berbanjar bangunan-bangunan mewah di sekitarnya. Tidak banyak pantai yang menawarkan pesona seperti ini. Jadi tunggu apalagi, menyatulah dengan suasana di sana. Berjalan menyusuri pantai, berpesta, atau berenanglah dan rasakan segarnya air laut di Bondi Beach.

Bondi Beach selalu memukau banyak pengunjung pada Musim Panas di Australia.
Source: http://www.gettyimages.com/
Photo by. Xavier Arnau

Manly Beach

Selain Bondi Beach, pantai yang juga ramai dikunjungi adalah Manly Beach. Ombaknya cukup besar sehingga kamu dapat berselancar di pantai ini. Di kawasan khusus pejalan kaki sekitar Manly Beach, kamu bisa mendapati taman untuk bermain yang pas bagi anak-anak. Kamu juga bisa mendapati berbagai toko dan kafe di sana. Serta restoran yang akan memanjakan lidahmu dengan makanan dari berbagai belahan dunia.

The Rocks

Berada dalam rombongan yang didominasi kaum hawa, kadang para lelaki tertular kegiatan yang satu ini. Apalagi kalau bukan namanya belanja. Datang dengan satu koper, pulang membawa koper dan teman-temannya. Mungkin karena sifat perasa wanita, mereka jadi merasa tak enak jika tidak membeli oleh-oleh untuk orang-orang yang dikenalnya. Dan The Rocks sepertinya diciptakan untuk mereka yang gemar belanja. Para wanita tentu tidak akan melewatkan tempat yang satu ini. The Rocks adalah kawasan bersejarah. Di sini kamu dapat melihat bangunan klasik dan modern berpadu menciptakan pemandangan yang unik. Saat ini, The Rocks telah menjadi pusat daya tarik seni di Sydney. Di tempat ini, selain banyak dijumpai pub, toko yang menjual berbagai produk, kafe, resto, kamu juga akan menjumpai galeri seni. Tempat yang pas untuk berburu cendera mata eksklusif.

Taronga Zoo

Ini adalah jenis Kanguru Pohon yang bisa kamu jumpai di Taronga Zoo.
Source: http://www.gettyimages.com/
Photo by. Ann Cameron
Bagi yang ingin melihat hewan khas Australia, anda bisa mengunjungi kebun binatang yang berada di Sydney. Salah satunya Taronga Zoo. Yang istimewa karena kebun binatang ini menyimpan koleksi besar fauna di Australia ditambah fauna yang berasal dari berbagai belahan dunia. Di sini kamu akan menemukan Kanguru juga Koala. Keduanya merupakan binatang khas Australia. Selain bisa berfoto dengan kedua hewan unik ini. Anda juga bisa melihat atraksi lucu dari hewan-hewan di sana.

Mencicipi Makanan Khas Australia

Pavlova merupakan dessert atau sajian pencuci mulut yang populer di Australia.
Source: http://www.gettyimages.com/
Photo by. Natalia Cajdler/ EyeEm
Selama di Sydney, anda tentu tidak ingin melewatkan untuk mencoba seperti apa makanan khas di Australia. Ada beragam pilihan yang nikmat dan juga memiliki rasa unik. Dua diantaranya yang bisa kamu coba, seperti Meat Pie dan Pavlova. Meat Pie adalah salah satu menu makanan khas Australia yang tidak boleh kamu abaikan. Jika kamu sering melihat atau mendapati Pie yang berisi buah, Meat Pie ini berbeda. Isinya daging dengan kuah tomat dan bawang. Kadang-kadang ada yang menambahkan keju di dalam Meat Pie ini. Sementara, Pavlova adalah sajian pencuci mulut yang populer tidak hanya di Australia tetapi juga New Zealand. Terlihat tekstur yang rapuh di luar, dan lembut di dalam saat dimakan. Adonan kue yang manis berlapis krim dan yogurt dengan topping buah-buahan yang rasanya asam. Pavlova terlihat sangat cantik dengan topping buah warna-warni tersebut. Perpaduan rasa asam dan manis membuatnya akan mudah disukai lidah orang-orang Indonesia. Akhirnya, saya berharap semoga semua informasi ini bisa membantu anda saat melakukan perjalanan wisata ke Sydney, Australia.

Friday, July 29, 2016

Menikmati Waktu Bersantai di Pantai Akkarena

Story by. Ahmad Yani Hasti


Tidak harus punya berlian untuk mendapatkan kemewahan. Bahkan tidak perlu uang miliaran untuk merasakan kesenangan. Itu hanya persoalan perspektif. Terkadang memanfaatkan waktu senggang, lalu berjalan keluar rumah, bersantai sejenak meninggalkan padatnya rutinitas, anda akan menemukan keduanya.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Venny Purnamasari,
Jumat (29 Juli 2016) - Lokasi: Pantai Akkarena, Makassar, Sulawesi Selatan
Bersantai di suatu tempat, menikmati kesendirian ataupun bersama keluarga, rasanya telah mendapatkan kemewahan dan kesenangan itu sekaligus. Bisa menjauh dari kebisingan juga menghilangkan rasa penat, maka berwisata pun akan jadi sesuatu yang mewah dan memberi anda kesenangan tersendiri. Akan lebih menarik lagi jika anda bisa menikmati semua itu dengan sesuatu yang mudah dijangkau.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Venny Purnamasari,
Jumat (29 Juli 2016) - Lokasi: Pantai Akkarena, Makassar, Sulawesi Selatan
Hilangkan kecemasan tentang sedikit waktu dan biaya mahal. Jalan-jalan tidaklah selalu tentang jauh dan menghabiskan banyak uang. Di tempat yang tak jauh dari lokasi anda, yakinlah ada tempat yang tepat dan terjangkau untuk menemani waktu bersantai anda.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Venny Purnamasari,
Jumat (29 Juli 2016) - Lokasi: Pantai Akkarena, Makassar, Sulawesi Selatan
Bagi kawan-kawan yang sedang berada di Makassar dengan jadwal padat, ingin bersantai tapi hanya memiliki waktu sehari atau dua hari di akhir pekan, Pantai Akkarena akan sangat cocok menjadi alternatif tempat wisata anda. Pantai Akkarena terletak di kawasan metro Tanjung Bunga dan pintu masuknya berhadapan dengan Mall GTC. Dari pusat Kota Makassar menuju Pantai Akkarena dapat ditempuh beberapa menit saja. Selain dekat, untuk masuk ke kawasan Pantai Akkarena, anda hanya perlu membayar tiket dengan mengeluarkan beberapa ribu rupiah dari saku anda.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Venny Purnamasari,
Jumat (29 Juli 2016) - Lokasi: Pantai Akkarena, Makassar, Sulawesi Selatan
Pantai Akkarena menjadi salah satu daya tarik wisata Kota Makassar. Tempatnya cukup bersih dan fasilitasnya memadai. Terdapat area parkir yang luas, taman untuk bermain, tempat peristirahatan, dan peralatan untuk olahraga air. Lautnya yang juga bersih membuat anda tidak ragu untuk berenang. Usai berenang, anda pun bisa menikmati berbagai sajian kuliner yang ditawarkan kedai-kedai yang ada di sana. Harga makanan dan minumannya relatif murah.

Jika tidak sedang hujan, maka waktu paling baik berkunjung ke Akkarena adalah di pagi dan sore hari. Santai di pantai diselimuti sinar mentari pagi juga semilir angin, anda bisa berjalan-jalan di sekitarnya. Di sepanjang tepi pantai banyak pepohonan, terutama pohon kelapa, bertumbuh dan menambah sejuknya udara pagi di Akkarena. Sementara saat senja, anda bisa berjalan menuju dermaga, duduk di sana menanti dan menyaksikan bagaimana pergantian terang menjadi gelap terlihat luar biasa. Pantai Akkarena menawarkan pemandangan sunset yang indah. Pemandangan tersebut sungguh menentramkan jiwa, menyiratkan harapan dan semangat untuk esok, serta membuat segala perasaan letih kemarin hanya tinggal kenangan.

Jumat sore itu (29 Juli 2016), saya dan kawanku, Venny Purnamasari, menikmati minuman air kelapa yang menyegarkan di Pantai Akkarena. Tak lupa, kami abadikan momen itu dengan berfoto narsis seperti ini.

Thursday, May 26, 2016

Keindahan Terpendam Indonesia yang Bernama Flores

Story by. Ahmad Yani Hasti

Berwisata kini menjadi tren dunia. Tak sedikit orang mengisi waktu senggangnya dengan perjalanan ke suatu tempat. Mereka hendak bersantai dan menikmati hidup. Bahkan sejumlah kawasan di dunia berlomba-lomba menggali potensi wisata yang mereka miliki untuk menarik perhatian para pelancong. Alasannya sederhana, penghasilan dari wisatawan mampu mendongkrak perekonomian setempat.

Kondisi geografis yang unik menjadikan seluruh pelosok Indonesia memiliki aset potensial untuk kegiatan pariwisata. Tak terkecuali Flores yang kaya budaya serta memiliki panorama alam yang indah. Seindah namanya yang diambil dari Bahasa Portugis yang berarti bunga. Merupakan pulau besar di tenggara Indonesia, yang tepatnya berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan menjadi bagian dari Kepulauan Sunda Kelapa.

Anda mungkin hanya mengetahui namanya saja. Tapi ketika anda mengenalnya lebih dekat, yang anda temukan adalah hal-hal yang luar biasa. Flores telah menanti kedatangan siapa saja untuk menjelajahi keindahan tersembunyi Indonesia lainnya.

Desa Wae Rebo merupakan desa terpencil di atas pegunungan dan menjadi salah satu pemandangan unik yang dapat dinikmati di Flores. Memiliki rumah adat yang disebut Mbaru Niang. Rumah adat ini terbilang langka karena hanya tinggal beberapa dan terdapat di Desa Wae Rebo saja. Tahun 2012 mendapat penghargaan dari UNESCO untuk kategori konservasi warisan budaya. (Source: www.alambudaya.com - Photo by. Barry Kusuma)  
Flores, Alor dan Pantar adalah pulau-pulau yang termasuk dalam rangkaian gunung api di Indonesia. Cukup rawan dan hampir setiap tahun terjadi gempa. Hanya Pulau Sumatera atau Jawa saja yang dapat menandinginya. Tapi itu tidak seperti gempa akan terjadi setiap waktu dan di seluruh lokasi. Jadi kenapa harus menciutkan nyali anda untuk sesuatu yang belum tentu buruk terjadi pada anda. Malah di pulau ini tersimpan misteri kekayaan budaya dan keindahan alam yang akan mengejutkan siapapun yang baru datang.

Gunung-gunung api ini boleh menyebabkan bencana. Tapi setelah proses panjang, yang tersisa bukanlah tanah yang benar-benar tandus dan berdebu. Melainkan tanah yang cukup subur untuk ditumbuhi tanaman dan pepohonan. Menghasilkan gunung dan bukit dengan pemandangan hijau nan eksotis.

MENIKMATI KEAJAIBAN ALAM DI SEKITARNYA

Anda tiba di Flores dan menginjakkan kaki di Labuan Bajo. Dan pastinya tidak akan melewatkan tempat-tempat ini. Tak jauh dari Flores telah mengemuka pulau-pulau yang kini menjadi pusat perhatian dunia. Betapa hal-hal telah berkembang besar di sekitarnya.

Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar yang terletak tak jauh dari Flores telah didedikasikan sebagai Taman Nasional Komodo. Pulau-pulau tersebut termasuk Flores menjadi habitat dimana hewan endemik yang disebut komodo berkembang dan bertahan hidup. Hewan itu seringkali disebut juga biawak komodo atau ora. Hewan ini hanya dapat bertahan hidup lebih lama dan berkembang biak di beberapa kawasan di Nusantara Tenggara Timur.

Ingin berpapasan langsung dengan kadal terbesar di dunia yang disebut komodo? Rasakan pengalaman itu dengan berkunjung ke Taman Nasional Komodo yang terletak tak jauh dari Flores. Taman Nasional Komodo adalah salah satu diantara tujuh keajaiban alam yang terbaru. (Source: www.flickr.com - Photo by. Ananggadipa Raswanto)
Dulu, Komodo ini sering diburu. Menyebabkan spesies kadal terbesar di dunia ini terancam punah. Untuk mencegah kepunahan itu, pemerintah telah menjadikan Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar sebagai Taman Nasional Komodo. Dan hewan-hewan langka tersebut ternyata berhasil menyita perhatian tak sedikit wisatawan asing. Selain komodo, diantara Taman Nasional Komodo ini juga terdapat pantai berwarna merah muda yang menarik disinggahi. Orang lokal menamainya Pantai Merah tetapi turis asing lebih senang menyebutnya Pink Beach.

Tahun 1991, Taman Nasional Komodo akhirnya masuk dalam jajaran Situs Warisan Dunia UNESCO. Kemudian berhasil juga dinobatkan sebagai salah satu pemenang “New 7 Wonders of Nature” atau Tujuh Keajaiban Alam Terbaru. Predikat ini diperoleh berdasarkan hasil voting melalui situs www.new7wonders.com pada 11 November 2011. Sehingga Labuan Bajo pun semakin dikenal dan menjadi tempat di Flores yang paling ramai dikunjungi wisatawan. Karena menjadi titik persinggahan yang akan mengantar anda menuju pulau-pulau yang menjadi salah satu kejaiban alam tersebut. 

RAYUAN PULAU FLORES YANG SAYANG DILEWATKAN

Banyak wisatawan yang mengakhiri kunjungan di Flores hanya sampai di Labuan Bajo dan pergi ke Taman Nasional Komodo. Dan terlihat masih sedikit wisatawan yang berhasil menjelajahi Flores lebih jauh. Padahal Flores menyimpan banyak keunikan yang menggoda untuk dilihat.

Ada beragam kegiatan wisata yang menanti anda. Misalnya berenang atau mengajak anak-anak bermain dan menikmati pantai dengan pemandangan langit dan laut berwarna biru. Di Flores, ada banyak pantai yang menakjubkan diantaranya Pantai Koka berpasir putih yang berada di Kabupaten Sikka. Dan setidaknya anda bisa menemukan puluhan titik untuk menyelam atau melakukan snorkeling di sekeliling Flores. Di dalamnya terdapat pemandangan laut yang benar-benar indah, dimana anda bisa menemui terumbu karang, lumba-lumba, dan ikan duyung. Jika beruntung kadang-kadang anda akan menemukan ikan paus.

Atau cobalah mendaki gunung dan menaiki bukit-bukit. Anda bisa mengamati beragam spesies hewan yang mungkin selama ini anda lihat di layar kaca saja. Dan jangan lewatkan Taman Nasional Kelimutu di Desa Moni, yaitu pemandangan di atas puncak gunung dengan tiga danau vulkanik berwarnanya yang terkenal. Danau-danau ini pun sering berubah warna. Setidaknya ada beberapa warna yang pernah dilaporkan antara lain warna aqua, hijau, merah, dan cokelat. Bukankah anda sungguh mujur, kalau berhasil melihat ketiga danau dengan warna berbeda-beda hanya berada di atas satu puncak gunung. Fenomena ini diduga disebabkan perubahan reaksi kimia mineral di danau yang dipicu aktivitas gas gunung api. Ini tentu sangat menakjubkan.

Danau Kelimutu merupakan tiga danau berwarna di puncak gunung yang sama, terletak di Desa Moni, Flores.
(Source: www.flickr.com - Photo by. Nicko Vandha)

Tapi tak kalah menakjubkan untuk jalan-jalan ke Desa Cancar. Mengambil selembar foto dengan pemandangan jaring laba-laba berukuran besar di belakang anda. Ini bukan jaring laba-laba sesungguhnya. Tetapi ciptaan langka dari berhektar-hektar sawah yang berbentuk persis jaring laba-laba dan luar biasa besarnya.

Usai menyusuri gunung, bukit, pantai serta laut. Mungkin anda pun tertarik membeli sesuatu untuk dijadikan kenang-kenangan atau cinderamata. Maka jangan lupa berbelanja ke pasar tradisional. Belilah tenun ikat spesial ini. Merupakan tenunan hasil kerajinan tangan wanita-wanita di Flores. Tenunannya halus dan terdiri atas berbagai pilihan warna dengan aneka corak yang khas.

BELAJAR BUDAYA DARI PENINGGALAN YANG TERSISA

Belum puas dengan panorama alam Flores yang menakjubkan. Anda bisa melanjutkan perjalanan wisata dengan suasana berbeda. Jalan-jalan sambil mempelajari kebudayaan yang beragam akan memberikan kesenangan tersendiri. Bercengkrama dengan masyarakat adat diantara bangunan-bangunan tradisional dengan nilai-nilai tradisi yang masih dijunjung tinggi.

Caci atau atau tari perang merupakan tarian tradisional sekaligus permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung menggunakan cambuk dan perisai di Flores. Tarian ini dimainkan saat musim panen, sebagai ritual tahun baru, upacara pembukaan lahan, upacara adat besar lainnya, ataupun dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu penting.
(Source: www.flickr.com - Widiyanto Wibowo)
Masyarakat adatnya bisa dari berbagai suku yang telah lama bertahan di Pulau Flores. Misalnya Suku Ende, Suku Flores, Suku Manggarai, Suku Ngada, dan masih banyak suku lainnya. Mereka adalah masyarakat yang ramah. Ketika anda datang berkunjung, mereka senantiasa menyambut penuh kehangatan dan sewaktu-waktu ke dalam upacara adat atau ritual. Nilai-nilai tradisi dari nenek moyang mereka masih terus terjaga hingga saat ini, seolah tak tergerus zaman.

Anda mungkin berada di era dimana gedung-gedung menjulang tinggi mengelilingi anda. Atau sekadar melihatnya di televisi dan membuat anda terpukau. Tapi yang anda temukan di Flores adalah sangat berbeda dan jauh dari hal itu. Tempat ini seperti tidak banyak berubah namun tetap memikat. Anda berjalan ke pelosok desa dan menemukan diri anda seperti menembus dimensi waktu dan bergerak mundur beratus-ratus tahun yang silam.

Kampung adat di Flores yang dianggap tertua saat ini adalah Kampung Gurusina. Diperkirakan mendiami Flores sejak 5000 tahun silam dan berada di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Di sini terdapat 33 rumah adat yang dihuni tiga suku besar yaitu Suku Kabi, Suku Ago Azi, dan Suku Ago Kae. Alat musik khas mereka adalah Begho. Berupa alat musik petik berdawai enam, dimainkan layaknya pemain gitar. Pengalaman berada di sini tentu akan memberi kesan yang mendalam bagi anda.

Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores
http://www.sergapntt.com/gurusina-kampung-adat-tertua-di-pulau-flores/

Tuesday, February 16, 2016

Menjelajahi Keeksotisan Pantai-Pantai di Bulukumba

Story by. Ahmad Yani Hasti


Tak ada alasan lain mengapa saya begitu berhasrat untuk kembali berkunjung ke Bulukumba. Itu karena keindahan alam yang ditawarkan destinasi-destinasi wisata di Bulukumba ini selalu membuatku terpesona.

Berkali-kali sebelumnya, saya ke Bulukumba hanya sempat mengunjungi Pantai Bira. Tempat yang juga populer dengan sebutan Tanjung Bira. Terletak di Desa Bira, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tapi kali ini, saya mengambil beberapa hari cuti, sehingga saya juga coba menjelajahi tempat-tempat lain yang tidak kalah menariknya.

Buat kamu yang tinggal di luar Sulawesi Selatan, untuk ke Bulukumba kamu bisa naik pesawat menggunakan maskapai penerbangan favoritmu. Bisa dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia atau maskapai lainnya, lalu melakukan pendaratan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Sementara saya langsung berangkat dari Kota Makassar, ditemani kawanku, Ansar Razak, pada Sabtu siang (13 Februari 2016), kami menggunakan sepeda motor.

Bulukumba terletak di sebelah tenggara Kota Makassar, dan dari Makassar kami harus melintasi beberapa kabupaten. Diantaranya melewati Gowa-Takalar-Jeneponto-Bantaeng. Dan di pemberhentian berikut, akhirnya kami tiba di pusat Kabupaten Bulukumba setelah melewati sekitar 165 km atau setara empat jam perjalanan.

Pesona Bira yang Tak Terlupakan

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Sabtu (13 Februari 2016), banyak wisatawan yang datang ke Bulukumba cenderung memilih Pantai Bira sebagai tempat berakhir pekan. Berbagai aktivitas yang biasa dilakukan seperti berenang dan bermain menggunakan speed boat atau banana boat.
Jalan-jalan rasanya kurang elok kalau ke Bulukmba kemudian melewatkan pantai yang satu ini. Pantai Bira, yang disebut juga Tanjung Bira, sampai saat ini tetap menjadi destinasi unggulan di Bulukumba. Kebanyakan turis akan memilih singgah di tempat ini.

Meski setiap kali ke Bulukumba saya selalu menyempatkan diri ke Pantai Bira, pada perjalanan kali ini pun, saya merasa lagi-lagi harus mampir. Dari pusat Kabupaten Bulukumba menuju Pantai Bira masih harus menempuh perjalanan sekitar 40 km. Bersama kawanku, kami berdua menghabiskan satu jam perjalanan memakai sepeda motor. Bagi kawanku, Ansar Razak, ini adalah perjalanan pertamanya di Bulukumba. Dari Makassar ke Pantai Bira, kami memerlukan lima jam, dan sungguh ini adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan. Saya bahkan hampir tidak merasakan bagian bawah tubuhku.

Saat kami tiba di Pantai Bira Sabtu itu (13 Februari 2016), hari sudah petang. Kami harus merogoh kocek untuk membayar karcis masuk. Tarifnya bisa berubah sesuai peraturan daerah. Dibedakan antara anak-anak, dewasa, dan turis mancanegara. Juga terdapat jasa parkir untuk motor, mobil, atau bus. Waktu itu kami harus membayar 15.000 rupiah per orang untuk karcis turis lokal dewasa.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak,
Minggu (14 Februari 2016) - Lokasi: Pantai Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan
Memasuki area pantai, matahari terbenam telah menyambut kami. Itu pemandangan yang sangat indah, dan keindahannya itu seolah memberi kami kekuatan untuk berjalan menuju bibir pantai. Secara perlahan rasa lelah juga pegal-pegal inipun mulai menjauh. Dari beberapa kunjungan, Pantai Bira mungkin telah banyak berubah, lebih baik dan lebih buruk dalam berbagai hal, tetapi hal-hal indah yang saya ingat di tempat ini masih sama.

Kilau biru yang dipancarkan lautan. Semilir angin yang menggerakkan setiap helai rambut di tubuhku. Serta pasir yang begitu halus dan putih menyerupai tepung. Semua keindahan tersebut masih terangkum jelas dalam memoriku dan sulit kulupakan. Sementara pengunjung sibuk dengan berbagai aktivitasnya, saya memilih berjalan di bibir pantai dan merasakan pasir putihnya bersentuhan lembut di kakiku. Meski berkali-kali ke Pantai Bira, aku tetap saja terpesona dibuatnya.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak,
Minggu (14 Februari 2016) - Lokasi: Pantai Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan
Matahari tenggelam, awan menjadi gelap. Kami pikir tidak cukup sehari untuk melihat-lihat destinasi lainnya di Bulukumba. Jadi saya dan kawanku memutuskan untuk menginap. Daripada susah-susah mencari penginapan, kami memilih menginap di sekitar Bira saja. Di sekitar Pantai Bira ini terdapat banyak penginapan. Tarif tergantung besar, letak, fasilitas, dan kemampuan anda dalam negosiasi. Standarnya, anda bisa mendapat penginapan dengan harga 300 ribu rupiah per hari setiap satu kamar. Di dalamnya terdapat kamar mandi, satu tempat tidur ukuran besar, dengan kipas angin atau mesin penyejuk udara. Biasanya kita bisa berunding dengan pemiliknya untuk mengijinkan hingga tujuh orang menginap dalam satu kamar. Kalau datangnya rombongan dan biayanya patungan, bukankah lumayan bisa berhemat.

Mencari Ketenangan di Pantai Bara

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Minggu (14 Februari 2016), Pantai Bara yang terletak di Bulukumba, Sulawesi Selatan, masih tampak lengang. Turis lokal dan mancanegara yang terlihat beraktivitas di sekitar pantai bisa dihitung jari.
Minggu (14 Februari 2016), kami sudah tak sabar untuk melihat keindahan destinasi wisata lainnya. Pagi sekali kami sudah bergegas menuju Pantai Bara. Jaraknya ternyata tidak terlalu jauh dari Pantai Bira. Hanya sekitar tiga kilometer. Boleh dikatakan Pantai Bara ini masih seperti saudara Pantai Bira. Sama-sama terletak di Desa Bira, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Bahkan kedua namanya pun hampir sama.

Hanya saja Pantai Bara tidaklah sepopuler Pantai Bira. Kemungkinan karena tempat ini masih terisolasi yang mana akses jalannya belum begitu baik. Untuk ke Pantai Bara, pengunjung akan melewati jalan berbatu dan hutan. Tempat yang terpencil membuat Pantai Bara sepi pengunjung. Tapi justru karena sepi, inilah alasan kuat mengapa tempat ini masih cukup bersih dari sampah-sampah plastik.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak,
Minggu (14 Februari 2016) - Lokasi: Pantai Bara, Bulukumba, Sulawesi Selatan
Sewaktu menginjakkan kaki di Pantai Bara, saya seperti melihat duplikat dari Pantai Bira. Hanya saja lebih banyak pohon kelapa bertumbuh di Pantai Bara. Saya ingin mengatakan keduanya memang sangat indah. Ketika langit masih cerah, pemandangan laut memancarkan lapisan warna berbeda. Dari yang paling dekat terlihat putih, ke tengah berwarna kehijauan, dan paling jauh berwarna biru. Mengagumkan! Meski tempat ini tak ramai pengunjung, hal itu tidak mengurangi nilainya. Tempat ini setidaknya lebih bersih. Bahkan Pantai Bara ini bisa menjadi tempat untuk mencari ketenangan yang anda butuhkan.

Terlihat beberapa orang sedang berkemah di pinggir pantai. Adapula orang-orang yang sedang berenang. Yang lain sedang berteduh dan duduk dibalai-balai sambil mengobrol. Bahkan turis-turis mancanegara pun terlihat sedang asik berjemur di dekat pohon kelapa, tanpa perlu merasa khawatir akan ada yang mengganggunya. Misalnya turis lokal yang usil mengajak foto atau orang-orang yang menawarkan souvenir.

Berusaha tetap eksis meski matahari sangat terik pada Minggu siang itu (14 Februari 2016). Maka saya dan kawanku, Ansar Razak, mengambil foto bersama di Pantai Bara, Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Setiap orang terlihat sangat menikmati aktivitasnya Minggu itu. Dan sejenak menjauh dari segala kepenatan di tempat kerja atau kebisingan di kota. Hanya suara debur ombak dan ditemani semilir angin. Anda juga akan dimanjakan dengan kelembutan saat berpijak atau berbaring di atas pasir putih yang halus bak tepung. Pemandangan alamnya pun akan menyegarkan mata, dengan hijaunya tumbuhan tropis serta biru yang terpancar dari langit juga lautan. Bagiku ketenangan yang saya dapatkan di Pantai Bara ini bukan sekadar ketenangan lagi. Di tempat ini ketenangan itu telah menjadi sesuatu yang disebut mewah.

Apparalang Dimana Tebing dan Pantai Berpadu Indah

Hari berikutnya, Senin (15 Februari 2016), kami sudah berencana kembali ke Makassar. Tapi sangat disayangkan kalau kami tidak mengunjungi tempat yang satu ini. Namanya Tebing Apparalang. Juga terkenal dengan sebutan Pantai Apparalang. Tapi jangan bingung! Disebut demikian karena memang Apparalang merupakan tempat dimana tebing dan pantai berpadu, sehingga menjadi keindahan tersendiri bagi orang-orang yang datang melihatnya. Apparalang terletak di Desa Ara, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Anda dapat mengunjungi Apparalang menggunakan sepeda motor atau mobil. Biasanya ditempuh sekitar 20 menit dari Pantai Bira atau sekitar 60 menit dari pusat Kabupaten Bulukumba. Sebaiknya membawa kendaraan sendiri karena saat kedatangan kami belum ada transportasi umum yang bisa mengantar anda masuk sampai ke Apparalang. Bahkan anda juga tidak akan menemukan penginapan di tempat ini.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak,
Senin (15 Februari 2016) - Lokasi: Tebing Apparalang, Bulukumba, Sulawesi Selatan
Hanya saja ketika mendatangi Apparalang, saya sungguh tak menyangka akan melewati jalan yang cukup rumit. Saat memasuki Desa Ara, anda masih mendapati jalan yang bagus. Lama-lama jalan yang ditemui tak begitu lebar. Lalu dalam jarak beberapa ratus meter anda berada di tempat yang benar-benar terpencil. Cuma terlihat sawah dan pohon-pohon lebat bertumbuh di sisi jalan. Saat semakin dekat, anda mendapati jalan yang curam dan terlebih berbatu. Jika tak ingin tersesat, anda harus jeli melihat tanda-tanda yang terpasang seperti di sisi jalan maupun di pohon. Atau dengan pilihan bantuan yaitu bertanya pada penduduk yang ditemui di jalan.

Setelah melewati jalur yang kelihatan di luar begitu liar. Lalu tiba dan mendekat ke tebing yang begitu curam. Siapa yang akan menduga di baliknya adalah pemandangan pantai yang menawan. Tebing dan pantai berdampingan membuat Apparalang terlihat eksotis. Pemandangan hijau dari tanaman yang tumbuh di sekitar tebing serta kilau laut yang tampak berwarna hijau kebiruan menyejukkan mata. Airnya begitu jernih membuat karang-karang yang berada di dasar laut serta ikan-ikan terlihat sangat jelas.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak,
Senin (15 Februari 2016) - Lokasi: Tebing Apparalang, Bulukumba, Sulawesi Selatan
Bagi yang belum lancar berenang sebaiknya tetap berhati-hati. Kejernihan air di tempat ini memang akan membuat beberapa orang berpikir kalau lautnya dangkal. Tapi sebenarnya laut di lokasi ini cukup dalam. Menurut sebuah informasi, seorang remaja nyaris mati tenggelam di tempat ini. Meski tidak tahu berenang, dia nekat turun ke laut karena berpikir tempatnya dangkal. Melihat pemandangan menawan seperti ini, tentu saja banyak orang, yang tanpa pikir panjang, akan tergoda merasakan sensasinya berenang di Apparalang.

Buang jauh-jauh kerisauan anda tentang takut menjadi hitam atau panasnya matahari. Lalu menyatulah bersama keindahan alam Apparalang ini. Entah dengan memancing atau merasakan kesegaran air laut dengan berenang dan menyelam di dalamnya. Ini adalah hal yang tepat dilakukan di Apparalang, anggap saja anda telah berhasil menemukan satu cara lain menikmati hidup.

Dalam kesempatan ini, saya dan kawanku tak memiliki banyak waktu untuk menjelajahi semua pantai di Bulukumba. Padahal masih ada beberapa pantai yang tidak kalah eksotisnya untuk dikunjungi. Pantai-pantai tersebut antara lain Pantai Kasuso, Pantai Lemo-Lemo, Pantai Mandala Ria, dan Pantai Samboang. Akan tetapi, kami tentu akan mencari kesempatan lain untuk bisa berkunjung ke pantai-pantai tersebut.

Monday, February 15, 2016

Crafting Your Dream Holiday at Apparalang

Story by. Ahmad Yani Hasti

Apparalang is a place where you can see cliff and beach, both become a great combination. Located in Ara Village of Bonto Bahari, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia, the place is heavenly beauty. Just look how these sugary beach, coral reefs, and cliff beckon your adventurous spirit.

Although this place is not one of the easiest place in Bulukumba to reach. Nor is hardly to find any fine hotels. But still, you may enjoy the place with much different ways. The lack of tourist development, that is the key to Apparalang’s appeal. Whether you are dreaming of swimming in crystal clear water, you will find what you are looking for at here. Sunrise and sunset at Apparalang are really amazing.

Plentiful with tropical greenery, Apparalang is really perfect place for nature lovers. Green trees sprout in rough rows out of sheer cliff walls. The beach wrapped in soft white sand, and lapped by warm turquoise waters.

Charming is the best word to describe the kind of utterly placid sea at Apparalang. Smooth as a mirror, it reflects vast skies above, and hides many mysteries below. Stay at Apparalang is enjoy the outside. Whether it’s snorkeling, swimming, diving, fishing, or picnicking, encounters with nature are the best way to enjoy the place and crafting your dream holiday.

Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Monday (February 15th, 2016) at Apparalang Cliff and Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Monday (February 15th, 2016) at Apparalang Cliff and Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Monday (February 15th, 2016) at Apparalang Cliff and Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Monday (February 15th, 2016) at Apparalang Cliff and Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Monday (February 15th, 2016) at Apparalang Cliff and Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Wefie time (Ansar Razak and I) on Monday (February 15th, 2016) at Apparalang Cliff and Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.

Sunday, February 14, 2016

Bara Beach: The Secret Beauty of South Sulawesi

Story by. Ahmad Yani Hasti

Bara Beach is a beautiful place of having a relaxing holiday, located in Bira Village of Bonto Bahari, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia. Bira Beach which also in Bira Village is more famous for the tourist, located around 205 km or 5 hours over crowded van ride from Makassar, and you need more walk around 3 km to achieve Bara Beach.

Bira Beach and Bara Beach are just look like twin. Both of them aren’t free of rubbish, driftwood, and few cow droppings. But they’re still become the most picturesque beaches in South Sulawesi. Althought Bira Beach is more famous, travelers are increasingly choosing to stay in Bara Beach. While Bara Beach is more clean and more quite.

The place would make you being away from the noise, and you may enjoy the soft white sand with a swish of the waves, while you looking into the blue sky and the sea with some colours of gradation in white, turquoise, and blue. Bara Beach is really a great place to find serenity, where the serenity became a fancy thing.

Bara Beach is also a matchable place for backpackers. Lodging and food in Bara Beach are available at very low prices. Travelers can enjoy high class diving trips by much cheaper cost. Many wonderful dive sites around here are waiting for you to explore.

Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Sunday (February 14th, 2016) at Bara Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Sunday (February 14th, 2016) at Bara Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Sunday (February 14th, 2016) at Bara Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Sunday (February 14th, 2016) at Bara Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Sunday (February 14th, 2016) at Bara Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Sunday (February 14th, 2016) at Bara Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Sunday (February 14th, 2016) at Bara Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Sunday (February 14th, 2016) at Bara Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.
Wefie time (Ansar Razak and I) on Sunday (February 14th, 2016) at Bara Beach, Bulukumba, South Sulawesi, Indonesia.

Sunday, January 31, 2016

Tahun Baru Seru di Barru

Story by. Ahmad Yani Hasti

Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, pada kesempatan ini, saya mencoba merayakan tahun baru dengan cara yang berbeda. Tidak dengan berkumpul di tengah-tengah masyarakat, bersorak menghitung mundur sembari meniup terompet. Tidak juga dengan perayaan kecil di rumah bersama keluarga atau teman, tidak dengan berdiam diri ataupun sekadar bermain dengan benda-benda elektronik milikku.

Di malam tahun baru ini, saya menggunakan waktu yang saya miliki untuk menyiapkan bekal dan beberapa perlengkapan. Dan saya beristirahat lebih dini di malam itu untuk serangkaian perjalanan di awal tahun baru.

Keesokannya, tepat di awal tahun baru, Jumat (1 Januari 2016), saya pun terbangun subuh. Dan saya memulai perjalanan di pagi hari ditemani kawan yang merupakan juniorku di SMA Negeri 1 Parepare, bernama Ansar Razak.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Jumat (1 Januari 2016), saya dan kawanku, Ansar Razak, berwisata di Celebes Canyon, Barru, Sulawesi Selatan. Ini adalah tempat yang pas untuk bersantai menikmati pemandangan alam, berpiknik, atau mandi-mandi bersama keluarga juga teman-teman.

Perjalanan kali ini berlokasi di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Barru memiliki kawasan yang panjang dan berbatasan dengan Kota Parepare. Di Barru inilah tempat saya dibesarkan. Sebagian besar masa hidupku, saya habiskan di tempat ini. Dan kupikir ketika saya menyusuri jalanan di kawasan ini hanya dapat kulihat rumah-rumah berbanjar, sawah yang mengering, atau pantai-pantai yang kini berserakan dengan sampah. Tapi ternyata saya keliru.

Berdasarkan hasil ekspos kawan-kawan melalui media cetak dan online, saya akhirnya mengetahui bahwa Barru juga menyimpan berbagai khazanah keindahan alam. Salah satu diantaranya adalah tempat yang akan kami datangi bernama Celebes Canyon. Tempat ini berupa ngarai dengan tebing bebatuan yang terbentuk akibat erosi aliran sungai dan diapit lereng pegunungan yang tidak begitu curam. Diantara bebatuan tersebut mengalir air yang merupakan aliran dari Sungai Ule. Dinamai Celebes Canyon karena ngarai (canyon; dalam Bahasa Inggris) tersebut berada di kepulauan Sulawesi. Celebes Canyon tepatnya berada di Desa Libureng, Tanete Riaja, Barru.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak,
Jumat (1 Januari 2016) - Lokasi: Celebes Canyon, Barru, Sulawesi Selatan
Untuk sampai ke sana, bagi yang berada di luar Sulawesi Selatan dapat menempuh perjalanan udara menggunakan pesawat dan mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Kota Makassar. Dari Kota Makassar akan menempuh jarak sekitar 100 km atau perjalanan lebih dari dua jam menggunakan sepeda motor atau mobil. Sementara saya dan rekanku Ansar, kami berdua berangkat dari Kota Parepare, yang mana hanya berjarak sekitar 73 km atau seharusnya menempuh waktu sekitar satu setengah jam menggunakan sepeda motor.

Tapi kami harus menghabiskan waktu lebih dari itu, karena ini adalah perjalanan pertama kami. Desa-desa yang kami lalui masih sangat asing. Sulit menemukan nama-nama desa itu di pinggir jalan sehingga kami sungguh harus lebih sering bertanya ke penduduk lokal di sana. Malah kurang bertanya kami jadi sempat terlewat dari jalur yang mesti dilalui.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak,
Jumat (1 Januari 2016) - Lokasi: Celebes Canyon, Barru, Sulawesi Selatan
Saat memasuki Barru, kami bergerak menuju kawasan bernama Pekkae, di sana akan ditemukan gedung sekolah SMP Negeri 1 Tanete Rilau, di dekatnya terdapat belokan yang merupakan jalur menuju Soppeng yaitu Jalan Poros Barru-Soppeng. Kemudian inilah kawasan juga desa-desa yang harus dilalui secara berurutan setelah memasuki jalur poros tersebut yaitu Pekkae - Tampung Cinae – Ele – Lisu – Ralla – Watu. Setibanya di Desa Watu, terdapat jalur di sebelah kiri, di sana terdapat tulisan yang menuntun pengunjung menuju lokasi Celebes Canyon di Desa Libureng. Di sana kami memarkir kendaraan dan membayar jasa hanya beberapa ribu rupiah terlebih dahulu. Saat itu kami dikenakan biaya parkir sebesar lima ribu rupiah. Dari area tempat parkir, kami pun masih harus berjalan kaki beberapa ratus meter. Kami melewati kebun dan pematang sawah tapi sekitar lima belas menit saja.

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, Celebes Canyon kini di depan mata. Kecewa? Tentu saja tidak. Rasa penasaran yang menggiringku ke tempat ini, mencari tempat seperti menjawab teka-teki, jalur yang penuh tantangan, dan terutama hasilnya adalah sebuah tempat yang sangat indah menyejukkan mata. Kikisan akibat erosi dari Sungai Ule memberikan bentuk eksotis pada tempat ini. Alam mungkin bisa menimbulkan bencana besar, tetapi alam juga merupakan arsitek yang sangat handal. Celebes Canyon salah satu karya arsiteknya. Bagiku ke tempat ini merupakan perjalanan seru yang menandai awal tahun baru. Dan di sini sungguh layak menjadi tempat sehari bersantai.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak,
Jumat (1 Januari 2016) - Lokasi: Celebes Canyon, Barru, Sulawesi Selatan
Pengunjung bisa datang ke sini bersama teman dan keluarga sekadar mandi-mandi ataupun berpiknik. Sebaiknya membawa bekal sendiri karena dalam radius beberapa ratus meter pengunjung akan kesulitan atau tidak ditemukan kedai makan maupun warung yang menjual makanan ringan. Jangan lupa membawa baju ganti untuk yang ingin berenang. Juga tidak lupa membawa kantong plastik untuk menyimpan sampah-sampah anda. Tidak semua sampah dapat terurai cepat. Sampah plastik membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai. Jadi bawalah sampah anda menjauh dari Celebes Canyon, lalu buanglah di tempat sampah. Atau bawalah pulang di tempat anda biasa membakar sampah. Keindahan tempat ini hanya akan terkikis karena sampah tersebut.

Foto: Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak,
Jumat (1 Januari 2016) - Lokasi: Celebes Canyon, Barru, Sulawesi Selatan
Bayangkan Celebes Canyon menjadi sangat dikenal. Setiap hari puluhan orang datang ke sana dan meninggalkan sampah-sampahnya di sana. Hanya dalam beberapa tahun, tempat itu telah menjadi sungai sampah. Kotoran plastik-plastik berada di sela-sela bebatuan sungguh bukanlah pemandangan indah. Kondisi terburuk yang akan terjadi, alam menjadi tidak stabil, terjadi banjir disebabkan tumpukan sampah atau sebaliknya terjadi kekeringan, kemudian akses air bersih menjadi sulit, dan penyakit mewabah di desa-desa sekitarnya. Maka orang-orang belakangan yang datang ke sana pun tidak lagi bisa merasakan keseruan seperti yang saya alami.

Padahal kita selalu mengaku sebagai abdi Tuhan, mahluk yang paling sempurna diantara mahluk hidup lainnya, ingin menjadi khalifah di dunia, tetapi seringkali tidak bisa berbuat adil kepada alam. Membuang sampah pada tempatnya dan mengelola sebaik-baiknya mungkin langkah kecil, tetapi justru memiliki arti penting bagi alam dan generasi kehidupan kita.

Ketika petang, saya dan rekanku pun harus beranjak dari Celebes Canyon. Di tengah perjalanan pulang kami singgah untuk makan. Di sekitaran pantai-pantai yang ada di Barru, bisa ditemukan warung atau kedai makanan yang menjual aneka hidangan laut. Dimana tempat ini sangat dikenal menyajikan hidangan laut yang dibakar dan dimakan dengan sambal. Masing-masing warung memiliki cita rasa sambal yang berbeda. Saat itu, saya hanya berani singgah di tempat yang pernah saya datangi. Namanya Rumah Makan Arung Pala yang terletak di Palanro, Barru.

Jumat sore (1 Januari 2016), dalam perjalanan pulang, saya dan kawanku, Ansar Razak, singgah menikmati hidangan makan malam yang disajikan di Rumah Makan Arung Pala, Palanro, Barru, Sulawesi Selatan.
Harga ikan bakar di warung ini mulai dari tiga puluh lima ribu rupiah hingga seratus ribuan lebih, tergantung jenis ikan dan hasil timbangannya. Anda bisa saja menemukan tempat yang sedikit lebih murah tapi saya tidak bisa menjanjikan kelezatan yang sama seperti tempat ini. Saat itu, kami hanya memesan nasi goreng seafood. Meski begitu, ciri kenikmatannya tetap sama. Daging lauknya sangat gurih, tidak kering tetapi matangnya tetap merata, ada rasa manisnya menandakan hewan lautnya masih segar, dan bumbunya tidak keasinan. Rasanya semua kombinasi itu pas di lidah saya.

Warung makan itu menjadi titik terakhir rangkaian perjalanan saya bersama rekanku Ansar di Barru. Sehabis makan kami bergegas pulang menuju rumah masing-masing. Sungguh menyenangkan bisa merayakan tahun baru dengan caraku sendiri dan berbagi tentang keindahan Celebes Canyon ini kepada orang lain. Tidak harus menunggu momen khusus untuk datang menikmati tempat tersebut. Datanglah kapan saja anda siap! Dan sebenarnya di Barru masih terdapat keindahan alam tersembunyi dengan panorama yang menawan. Selain Celebes Canyon, anda masih bisa menemukan lokasi lain misalnya beberapa lokasi air terjun di Barru yang belum banyak dijelajahi orang-orang. Ini menjadi bukti bahwa pengunjung yang berada di sekitar Barru tetap bisa melakukan hal-hal seru selama di sini.

Friday, January 01, 2016

Celebes Canyon into My Passion

Story by. Ahmad Yani Hasti (Editor: Cholis aka Mr. Gondrong)

I made this New Year a little bit different. No party but I celebrated it with a new agenda of my little adventure. At night before New Year, I was prepared myself to travel a place. Then I woke up early morning on this New Year, and I started to my journey on Friday (January, 1st 2016).

Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Friday (January 1st, 2016) at Celebes Canyon, Barru, South Sulawesi, Indonesia.
I did not go by myself. My junior on my high school (SMA Negeri 1 Parepare), Ansar Razak, accompanied me to visit this place. A place was called Celebes Canyon. This canyon was not far from my place where I grew up.

I took off from Parepare by motorcycle to Celebes Canyon, and it needs 73 km or one and half hour. But we should spend more than that time. All area that we passed, they were still strange for us. So, we needed native to guide into this place. Less asks then we will get lost away.

Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Friday (January 1st, 2016) at Celebes Canyon, Barru, South Sulawesi, Indonesia.
Especially for people who living outside of South Sulawesi, you may get this place by airplane. Landed in Sultan Hasanuddin International Airport, Makassar, South Sulawesi, Indonesia. And you need to ride motorcycle or car around 101 km or about 2 hours to get into Celebes Canyon.

Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Friday (January 1st, 2016) at Celebes Canyon, Barru, South Sulawesi, Indonesia.
There are several places that you need to pass and you must know before you get here. When you start from Parepare or Makassar, you may meet Barru. Carry on until you find SMP Tanete Rilau and turn to Poros Barru-Soppeng Street. And these places that you have to know, they are like Pekkae-Tampung Cinae-Ele-Lisu-Ralla-Watu. When you got Watu, turn left and you found sign that showed you direction to get this location. But you need to walk around fifteen minutes to across the rice field until you get this place.

Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Friday (January 1st, 2016) at Celebes Canyon, Barru, South Sulawesi, Indonesia.
Finally, I got here. I Faced the beauty of nature. I would have been really excited about it. The canyon was so wonderful for me. How I could felt sorry about it. Actually there were Many strange places. The ways to get here was liked how to pass the puzzle. It was became my passion and I love it!

Celebes Canyon is really a suitable place to have a relaxing day. You can swim, jump, take selfie, or maybe you just need picnic with your family. It’s important to take your bugs away from this place. I love to meet Celebes Canyon again and face her beauty with no bugs.

Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Ansar Razak --- Friday (January 1st, 2016) at Celebes Canyon, Barru, South Sulawesi, Indonesia.
In the sunset, my friend and I decided to back home. In the middle of our way to get our home, we have already stopped on restaurant to take dinner together. We could find many restaurants in Barru Street which was near from the beach. And many kind of seafood become popular dishes for native in Barru. I choosed to stop at Arung Pala restaurant which was a good choice for me.

Wefie time (Ansar Razak and I) before we had dinner on Friday (January 1st, 2016) at Arung Pala, Palanro, Barru, South Sulawesi, Indonesia. 
The Prices of fish are various. They depend kind of fish and their weight. From 35.000 rupiahs until more than 100.000 rupiahs. You could find cheapest places but I’m not promise to get nice taste. We only ordered seafood fried rice at the time. And the taste felt the same way. It was cooked well, and the taste was a little bit sweet because it was fresh, and it has spicy and good condiment. All of this combination felt suitable with my tonque. The restaurant becomes our last visit until we got our home. I thought I will miss this moment.

Ewako Visitors

Free counters!

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys