Ewako Le Coq-Orient

Saturday, October 05, 2013

Mengisi Liburan Akhir Pekan di Samalona

Story by. Ahmad Yani Hasti

“Uang bukan segalanya, tetapi segalanya adalah uang.” Ada yang bilang begitu. Jadi, apa kita bisa menghabiskan uang untuk membeli kesenangan? Tentu saja tidak. Namun, anda bisa menghabiskan sejumlah uang untuk melakukan suatu perjalanan wisata, dan itu adalah sesuatu yang sama.

"Just Call me: Veny" - Photo by. Ahmad Yani Hasti
Di kantor, berminggu-minggu dengan padatnya aktivitas cukup membikin stres. Dan saya berpikir sudah waktunya untuk melakukan penyegaran serta mencari kesenangan. Sehingga tanpa pikir panjang, saya merencanakan perjalanan ke suatu tempat untuk mengisi liburan akhir pekan.

Tak perlu jauh-jauh karena saya pun tak punya banyak waktu berlibur. Meski waktu libur yang singkat, tentu saya tidak khawatir. Indonesia memiliki banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Terutama yang berhubungan dengan panorama alam. Bahkan di Sulawesi Selatan, ada beragam tempat wisata alam yang tak kalah menarik. Jumat malam (4 Oktober 2013), saya berangkat dari rumah saya di Parepare menuju kota Makassar menggunakan mobil dengan perjalanan selama lebih kurang tiga jam. Menginap di kediaman teman, dan berangkat ke Pulau Samalona keesokan harinya, yakni pada Sabtu pagi (5 Oktober 2013). Samalona merupakan pulau tempat wisata yang asik dinikmati bersama keluarga ataupun teman-teman.

"Jump" - Photo by. Ahmad Yani Hasti,
Model: Venny Purnamasari, Location: Samalona Island.
Sabtu itu, saya mengajak rekan kerja dari kantor saya yang baru. Dia salah seorang gadis cantik di kantor, dan rekan kerjaku memanggilnya Veny. Ini adalah perjalanan pertamanya ke Pulau Samalona, dan dia begitu antusias untuk melakukan pemotretan di sana.

Di pinggir laut, depan Fort Rotterdam Kota Makassar, kami menggunakan jasa perahu. Satu perahu dapat memuat sampai 15 orang. Tarif yang ditawarkan mulai 400 ribu hingga 700 ribu rupiah. Murah tidaknya, tergantung negosiasi. Pagi itu, kami pun berangkat dengan perahu untuk trip wisata dan melakukan pemotretan di sana. Di atas perahu, kami banyak berbincang, sedikit cerita tentang Tuhan dan sedikit tentang keindahan yang diciptakan-Nya.

"Smile" - Photo by. Ahmad Yani Hasti,
Model: Venny Purnamasari.
Hanya berselang dua puluh menit mengobrol, kami tiba di Samalona. Inilah pulau yang menawan hati saya pada pekan ini. Salah satu tempat wisata andalan Kota Makassar. Tetapi entah kenapa, saat tiba di sana untuk kesekian kalinya, toh saya masih berpikir tempat tersebut belum mendapat perhatian serius pemerintah dan masyarakat. Masih saja ditemui sampah-sampah plastik dan bungkusan berserakan. Pecinta lingkungan pasti sedih melihatnya. Selain itu, balai-balainya sudah banyak yang rusak. Pusing amatlah, yang penting masih bisa terpakai. Mata saya kemudian hanya tertuju pada keindahan tempat itu. Pantai pasir putih dengan lautan yang memancarkan sinar dari langit yang berwarna biru. Warna-warni yang sungguh menyejukkan.

Siapa yang menyangka keindahan pulau ini juga menarik perhatian salah seorang Desainer Terkenal di Indonesia untuk berkunjung pada Sabtu itu. Pria bertubuh besar bernama Ivan Gunawan tersebut tampak sedang berjalan-jalan mengelilingi pulau. Banyak orang-orang mendekatinya sekadar berfoto dan menyapanya. Kawanku Veny, tak mau ketinggalan ikut berfoto dengan Ivan. Dan aku sendiri sudah cukup dengan melempar senyum padanya. Tidak mau mengganggu waktunya dengan pertanyaan ini dan itu. Meski ingin mengobrol dengannya tetapi tidak kulakukan. Karena saya pikir dia sama saja dengan manusia lainnya. Yang terkadang membutuhkan ketenangan di saat sedang bersantai.

Photo by. Ahmad Yani Hasti --- Sabtu (5 Oktober 2013), Kawanku Veny berfoto bersama Ivan Gunawan yang merupakan pembawa acara, aktor sekaligus perancang busana terkenal di Indonesia. 
Turis-turis asing juga banyak yang terjebak dalam keindahan Pulau Samalona. Sebagian berenang dan sebagian lagi sedang menikmati keindahan bawah lautnya dengan kegiatan snorkeling. Sebut saja pria asal Republik Ceko, yang diajak oleh Veny untuk berfoto. Dia ke Samalona bersama beberapa kawannya, dan dia mengaku bernama Tommy.

Photo by. Ahmad Yani Hasti --- Sabtu (5 Oktober 2013), Kawanku Veny berfoto bersama turis asal Republik Ceko yang disapa Tommy. 
Saat kutanya pendapat Tommy tentang Indonesia, dia bilang “Very Nice”. Lebih khusus lagi, kutanyakan pendapatnya tentang Samalona, dia bilang “Very Nice”. Lantas kutanyakan lagi pendapatnya tentang Orang-orang Indonesia, dia bilang “Very Nice”. Mendengar jawabannya, aku tersenyum saja, sambil berkata dalam hati, “Orang asing ini sepertinya cuman punya dua kata tersebut untuk menggambarkan seisi Indonesia.” Dua kata yang singkat tapi saya tahu, itu adalah pendapat Tommy yang jujur. Meski bukan peramal, saya bisa melihat itu dari mata dan senyumannya. Dan lagi, kedatangannya pagi itu, adalah kunjungan kedua kalinya di Samalona. Bahkan badannya mulai memerah karena seharian melakukan snorkeling di sana, di bawah terik mentari. Yah, memang Indonesia dipenuhi tempat-tempat yang indah. Kuharap lebih banyak lagi orang yang menyadarinya. Seperti Tommy, yang rela melintasi beberapa negara, untuk kedua kalinya datang, menikmati pemandangan di Samalona.

Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Venny Purnamasari, ---
Sabtu (5 Oktober 2013), sisi foto Samalona yang menunjukkan gedung-gedung Kota Makassar dari kejauhan.
Saya, Veny, dan Tommy cukup banyak mengobrol pada kesempatan itu. Setelah itu, saya melanjutkan sesi foto-foto bersama Veny, dan juga menikmati segala keindahan yang ada di Samalona. Keindahan Samalona membuat stres yang mengganggu seakan sirna. Dan tidak lagi ada keraguan bagiku untuk menyambut Senin Pagi berikut seabrek pekerjaan yang sudah menunggu.

Monday, May 20, 2013

Sepenggal Malam dengan Sepiring Masakan Bergizi Khas Pesisir Indonesia

Story by. Ahmad Yani Hasti.

Aroma bumbu menyatu dengan gumpalan asap menyusup ke dalam penciuman. Di sana, ada sesuatu yang menggoda orang-orang untuk mampir. Di sebelahnya terdapat sebuah kipas dan di bawahnya telah bertumpuk arang yang membara. Warna lapisan kulitnya hingga potongan-potongan di dalamnya terlihat begitu segar.

Pengunjung yang mencicipi, lidahnya serasa tak ingin berhenti mengunyah daging ikan yang gurih tersebut. Memakannya selagi hangat sungguh memberikan kenikmatan yang lebih. Belum lagi sensasi pedas yang diciptakan oleh sambal yang masyarakat lokal sini, bugis-makassar, menyebutnya “cobek-cobek”.

Kamis petang (9/5), matahari mulai bergulir dan bersembunyi di balik dinding gedung yang saya singgahi. Penerangan-penerangan mulai dinyalakan. Dalam kesempatan itu, mulutku pun tengah asik menikmati salah satu dari sekian aneka masakan Indonesia tersebut. Di dalam sebuah warung makan yang hidangan utamanya adalah Ikan Bakar. Menu ini banyak dijumpai di warung-warung makan yang ada di Sulawesi Selatan.

Hal ini tak dapat dipungkiri, mengingat Sulawesi Selatan adalah bagian dari Indonesia. Negara tercinta ini merupakan negara kepulauan yang sebagian besar kawasannya merupakan wilayah pesisir. Sebanyak lebih kurang 2/3 Kota maupun Kabupaten yang terdapat di Sulawesi Selatan adalah kawasan pesisir. Yang mana bagi masyarakatnya, ikan laut adalah menu yang wajib ada di meja makan dinikmati sekeluarga.

Beragamnya budaya di Indonesia, membuat masyarakatnya memiliki corak yang juga berbeda-beda dalam mengolah ikan laut. Umumnya ikan dinikmati dengan cara dimasak, digoreng, atau dibakar. Beberapa daerah menikmatinya dengan tambahan cabe dan tomat yang dicincang, ada juga dengan tumisan sambal, bahkan sebagian orang mengolahnya menjadi abon ataupun makanan khas seperti yang ada di Sulawesi Barat yang disebut Pupuk Mandar.

Begitu banyak cara mengolah ikan, itu berarti tidak ada alasan untuk jenuh mengomsumsi lauk yang sarat gizi tersebut. Apalagi ada berbagai pilihan ikan dengan citarasa yang berbeda yang cukup mudah ditemukan oleh warga di wilayah pesisir. Jenis ikan yang populer menjadi menu harian di Sulawesi Selatan antara lain Ikan Bandeng (Milkfish), orang lokal sini menyebutnya Ikan Bolu. Selain itu, masih ada juga yang populer seperti Ikan Kakap, Ikan Cepa yang mirip Ikan Kuwe, Ikan Cakalang (Shipjack Tuna), Ikan Baronang (Rabbit Fish), serta Ikan Katombo yang disebut juga Ikan Kembung (Mackerel). Kalau di warung-warung makan, kebanyakan ikan tersebut disajikan dengan dibakar ataupun dimasak dengan kuah berwarna kuning. Makanan berkuah kekuningan itu dikenal dengan sebutan Pallumara oleh lokal Makassar, dan Nasu Bale oleh lokal Bugis.

Foto: Ahmad Yani Hasti --- Kamis (9 Mei 2013), saya tengah menikmati hidangan ikan bakar di salah satu warung makan di Parepare, Sulawesi Selatan.

Hanya saja terkadang harganya yang sulit dijangkau oleh sekelompok orang sehingga menu ikan diganti dengan lauk-pauk lainnya. Padahal ikan terutama yang habitatnya di laut adalah hewan yang memiliki kandungan gizi cukup lengkap.

Mengetahui kandungan yang ada disetiap potongan ikan laut ibaratnya suatu kesempatan untuk Jelajah Gizi yang luar biasa. Nilai gizi yang ada di dalamnya memang yang paling kompleks dibandingkan hewan-hewan lainnya. Sudah banyak ahli gizi dan artikel yang mengungkap kekayaan gizi pada hewan laut tersebut.

Ikan laut mengandung protein yang bermanfaat untuk regenerasi sel dalam tubuh. Proteinnya mudah dicerna sehingga baik untuk bayi dan anak-anak. Sangat bagus untuk pertumbuhan anak dan sistem kekebalan tubuh pada orang dewasa. Ikan laut juga banyak mengandung Omega-3. Dimana zat tersebut berfungsi meningkatkan kecerdasan otak anak dan mencegah penurunan fungsi otak ataupun kepikunan bagi orang dewasa.

Dalam ikan laut pun terdapat bermacam-macam vitamin yang penting untuk membantu pertumbuhan serta menjaga kesehatan tubuh. Selain itu, ikan laut kaya akan mineral seperti zat besi untuk mencegah tubuh dari kekurangan darah (anemia), yodium yang mencegah penyakit gondok, serta selenium yang berperan menjadi antioksidan untuk melindungi tubuh dari radikal bebas.

Namun daya tahan ikan relatif singkat, maka untuk mendapat banyak manfaat dari ikan laut, dianjurkan memilih ikan yang masih segar dan mengolahnya secara cepat. Tak hanya itu, pengolahannya juga harus diperhatikan. Kandungan mineral seperti yodium pada ikan laut dapat berkurang secara drastis dengan cara dimasak apalagi dengan suhu tinggi. Ini terjadi akibat adanya penguapan mineral seperti yodium. Jadi sebaiknya ikan laut jangan dibuat terlalu matang, dan bila perlu tambahkan garam secukupnya untuk menjaga kadar yodium pada masakan.

Jarum jam pun terus berputar, saking nikmatnya makanan yang saya cicipi di warung itu membuatku lupa waktu. Sementara malam telah memberi isyarat untuk saya pulang ke rumah. Walau masakan itu sesaat membuatku amnesia waktu, tetapi nikmatnya terus menyadarkanku akan berkah yang terdapat dalam sepiring ikan laut yang dibakar tersebut. Sudah sepatutnya warga yang tinggal di wilayah pesisir Indonesia terus merasa bersyukur, karena berkah yang luar biasa sudah datang dimulai dari apa yang senantiasa ditemui di pagi hari, dalam sepiring makanan yang telah disantap. Ikan laut yang kaya akan gizi, kadang-kadang tanpa disadari, sesungguhnya telah membantu kita menjalani aktivitas sehari-hari.

Ewako Visitors

Free counters!

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys