Story by. Ahmad Yani Hasti
Begitu banyak kesibukan. Begitu banyak mobil yang memadati jalan raya. Jadi saya putuskan merayakan tahun baru dengan teman-teman dekat saja, Friday-Saturday (31 Desember 2010- 1 Januari 2011). Saya tak perlu berjalan ratusan meter karena macet yang melanda Kota Makassar. Kami membeli banyak jagung. Rencananya teman-teman ingin membuat makanan khas Bugis-Makassar, namanya Barobbo (ini semacam sup jagung). Saya ingat resep ini sering dipraktekkan nenekku semasa saya kecil. Makanan yang sangat sederhana dengan rasa yang unik tapi pas di lidah kami.

Sambil menunggu waktu berganti ke tahun yang baru, Barobbo dibiarkan di dalam panci dan menjaganya tetap hangat. Barobbo akan nikmat bila disajikan hangat. Agar tetap memberi kesan tahun baru, kami membeli beberapa trompet. Dan topinya, kami buat sendiri dari tumpukan koran yang ada. Itu karena kami sedang menggiatkan “Selamatkan Dunia, Menjaganya Tetap Hijau”. Kalau misalnya kami masih bisa memanfaatkan barang-barang bekas yang ada, kenapa tidak? Gunakanlah itu!
Jam telah menunjukkan pukul 12 tengah malam lewat, tahun baru dimulai. Topi-topi dari koran bekas itu sudah di atas kepala. Barobbo siap mengisi perut. Trompet pun segera kami tiupkan untuk memeriahkan Tahun Baru 2011. Begitulah caraku memeriahkan tahun baru kali ini, bersama teman-teman dan makanan khas Bugis-Makassar yang sederhana. “Selamat Tahun Baru!”