Ada magnet tersendiri antara hati ini dan Pulau Bali yang membuatku ingin terus kembali mengunjungi Negeri Seribu Pura tersebut. Lagi dan lagi, tak pernah terlintas kata bosan. Di sisi lain, Bali memang memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada para wisatawan lokal dan mancanegara.
Berbekal tiket gratis yang disodorkan kawanku, segera saya menempuh perjalanan udara selama satu jam lebih dari Makassar menuju Denpasar. Rasa senang menyelimuti hati saat menginjakkan kaki lagi di Pulau Bali. Rabu (19 Maret 2014), jelang tengah malam, sekitar pukul 23.15 waktu setempat, saya tengah menghirup udara malam Kota Denpasar. Tak sabar bertemu pagi ingin memulai perjalanan jilid keduaku di Bali sembari melihat hal-hal yang mungkin ditawarkan pulau ini kepadaku.
Pagi yang dinantikan tiba, tapi cuaca benar-benar tidak mendukung untuk melakukan perjalanan hingga Kamis siang itu (20 Maret 2014). Hujan terus bercucuran dan hanya itu yang dapat kami pandangi dari jendela mobil. Saya bersama keluarga besar Venny Purnamasari tampak lemas dan bingung dengan kondisi tersebut. Ditengah kebingungan kami, Beli Wayan pun menawarkan tumpangan ke salah satu rumah makan yang menyajikan kuliner khas Bali. Sajian khas warung itu dinamakan Ayam Betutu. Terdapat dua pilihan yakni berkuah dan digoreng. Warnanya kekuningan diberi kunyit. Selain itu, rasanya unik juga enak dengan sensasi pedas dari campuran cabai dan merica yang menyatu dalam bumbunya. Mantap pokoknya!
Photo by. Ahmad Yani Hasti --- Kamis (20 Maret 2014), menikmati Ayam Betutu di salah satu warung makan di Bali. |
Di setiap Pura umumnya terdapat karya seni antara lain pahatan batu, pahatan kayu, maupun lukisan yang menyerupai Dewa-Dewa. Di rumah-rumah, toko-toko di pinggir jalan, hotel maupun tempat wisata, benda-benda yang berbalut dengan bentuk yang menyerupai Dewa ini begitu mudah ditemui. Ini dikarenakan tuntutan kepercayaan masyarakat Hindu-Bali adalah memohon perlindungan dan keselamatan kepada Para Dewa. Tak heran, Bali mendapat julukan lain dikenal sebagai Pulau Dewata. Dewata yang juga berarti Dewa dalam bentuk jamak yaitu Para Dewa.
Photo by. Venny Purnamasari --- Berfoto bersama di salah satu pintu gerbang GWK, Kamis (20 Maret 2014). |
Photo by. Venny Purnamasari --- Tampak di belakang saya yaitu Patung Dewa Wisnu yang berukuran raksasa. |
Photo by. Ahmad Yani Hasti -- Kamis (20 Maret 2014), salah satu pagelaran tarian Bali yang dapat disaksikan di GWK. |
Tujuan berikutnya adalah Pantai Pandawa. Nama pantai ini diambil dari tokoh-tokoh pewayangan yaitu Panca Pandawa atau Pandawa Lima. Untuk ke sana, kita akan melewati tebing-tebing kapur yang di dalamnya dibangun patung-patung serupa tokoh-tokoh pewayangan tersebut. Pantai ini belum terlalu terjamah dan masih terus dilakukan pengembangan oleh pemerintah setempat.
"Feel the Water" - Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Yuni Purnamasari, Location: Pandawa Beach. |
Selain itu, pelayanan dan suasananya juga sangat mendukung. Sembari menikmati hidangan, dari arah pantai, keindahan matahari tenggelam dapat disaksikan di sana. Kelembutan pasir putihnya terasa di setiap sela-sela kaki. Bersamaan itu, udara sepoi-sepoi pantai pun laiknya ikut membelai kulit kami dengan lembut. Perut sudah terisi, selanjutnya tinggal mengisi tenaga untuk perjalanan esok harinya. Maka kami pun kembali ke rumah milik sahabat dan keluarga kami, yaitu Abang Rivai dan Mbak Nia.
Photo by. Ahmad Yani Hasti --- Jumat (21 Maret 2014), Yuni Purnamasari didampingi Juniardi tengah menikmati panorama alam yang indah di sekitar Tegallalang, Ubud. |
Ada pengalaman unik saat di Kintamani. Kami ditawarkan beberapa barang dengan harga yang terbilang tinggi. Kebetulan kami tidak tertarik dengan barang-barang yang ditawarkan karena sebelumnya kami sudah berbelanja di Toko Krisna yang terkenal di Bali. Kami tidak bermaksud acuh, tetapi kadang-kadang hal itu perlu bila banyak penjual yang mengejar-ngejar. Terlebih lagi suasana tidak nyaman dan suara ribut yang dihadirkannya. Dan nyatanya justru sikap acuh itu yang memberi kami suatu ilmu baru berbelanja di Bali. Lama-kelamaan, para penjual mulai mengungkapkan harga yang sebenarnya dari barang tersebut. Harga baju kaos tipis bergambar tulisan bali yang semula ditawarkan sebesar Rp.100ribu telah turun 10 kali lipat menjadi Rp.10ribu saat kami sudah di pintu mobil bergegas pulang. Harga itu betul-betul murah karena sudah setengah harga dari barang sejenis di Toko Krisna. Sedikit seperti judi, kalau beruntung dapat murah, sialnya anda mungkin akan berkata: kena deh! Jadi kalau mau dapat barang murah, pura-pura saja tidak mau beli! Heh.
Dari Kintamani kami berangkat ke Pura Tirta Empul yang terletak di Kecamatan Tampaksiring, Gianyar. Bagi sebagian orang, pura tersebut lebih dikenal dengan nama Tampaksiring. Pura ini sarat budaya dan merupakan salah satu situs sejarah di Bali. Belum lagi seisi Pura terdapat taman dengan kolam-kolam di sekitarnya yang menambah daya tarik pura. Selain ada kolam ikan, di tempat ini juga terdapat kolam dimana masyarakat Hindu Bali melaksanakan tradisi yang disebut melukat, yaitu ritual mandi air suci. Ritual mana yang bertujuan untuk membersihkan jasmani dan rohani. Jika ingin, ritual tersebut boleh juga dilakukan pengunjung. Dan sebaiknya pengunjung menyimak setiap pesan penjaga Pura, mengingat tempat-tempat yang dianggap suci seperti pura ini terdapat hal-hal yang dibolehkan dan dilarang.
Photo by. Ahmad Yani Hasti --- Jumat (21 Maret 2014), sejumlah pemuda sedang melakukan prosesi "Melukat" di kolam air suci yang berada di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Bali. |
Keesokannya, nampak sinar mentari mulai masuk melalui celah-celah dinding kamar menandakan pagi kunjungan terakhir kami di Bali, Sabtu (22 Maret 2014). Sebelum ke Bandara pada sore harinya, kami menyempatkan diri berkunjung ke Tanah Lot. Di sana terdapat dua pura. Salah satunya terletak di atas batu karang besar. Bila air pasang, pura di atas bongkahan batu ini akan terlihat seolah-olah berada di tengah laut. Satunya lagi, pura yang dibangun di atas tebing yang menjorok ke laut. Tak sedikit fotografer mengabadikan tempat ini sebagai objek atau latar fotonya, terutama saat petang atau matahari terbenam.
Photo by. Ahmad Yani Hasti, Model: Venny Purnamasari, Location: Tanah Lot. |
*Kebijakan mengenai harga dapat berubah setiap saat.