Story by. Ahmad Yani Hasti
Togian Islands, Saturday (September, 3). Photo by. Ahmad Yani Hasti |
For the first time, I will set foot into Central Sulawesi precisely in Togian Islands (Togean), Tojo Una-una. There are clusters of island, large and small. Togian Islands is an archipelago or group of island/islet which consisting of hundreds island such as Kulingkinari Island, Togean Island, Kadidiri Island, Taipi Island, and many more islands without name.
I depart from Parepare 1:00 am, early morning, Friday (2 September 2011). Together with friends. Fahmi, Sukma, and Azis. They are local journalist from Tempo Makassar. From Parepare, passing Sidrap- Wajo- Siwa- Belopa- Palopo- Masamba (North Luwu)- Mangkutana (East Luwu)- Poso, till the mainland of Tojo Una-una precisely in Ampana at night around 09:00 pm. It’s tiring journey. Imagine, the street that we passed not a really smooth. Some point of the road that we passed are heavily damaged condition. For example, the street in Kayu Langi (Mangkutana) and Marowo (Tojo Una-una). Not just all, we also through the hills with sharp winding roads.
Dock in Wakai, Batudaka Island, Saturday. Photo by. Ahmad Yani Hasti |
After resting at the residence of my friend relatives, we continued our journey from the Port of Ampana. Ship left the harbor at 10:00 am, with the ticket price of 40.000 rupiahs. Then we went to Togian Islands. After approximately four hours away, the ship landed on Wakai, Batudaka Island, Togian Islands.
Travel to Taipi Island using Speed Boat, Saturday (September 3). Photo by. Fahmi Ali/ Tempo Makassar |
From Wakai, driving a small speed boat. Kadidiri Island, general cost of 25,000 rupiahs each person. But with local tourist like us, 20.000 rupiahs each person that we have obtained after making a bid. And not enough an hour, we arrived on Kadidiri Island. Saturday Afternoon (3 September), maybe a little disappointing for me. Because I think that I could enjoy the views of the beach and swim around the coast of the beach in Kadidiri Island. But on the coast of the beach, the water foamed and there are lots of plastic trash. Cleanliness has not managed better by the local community there. According to me, most tourist including local tourist who come to there contribute to the amount of trash at there. Rouse waste management program is necessary to give a positive impression for tourist who have visited there.
Views of Kadidiri Island, Saturday. Photo by. Fahmi Ali/ Tempo Makassar |
There are three resorts on the Kadidiri Island with the general rate start by 200 Thousand rupiahs. They are Lestari (simple), Black Marlin (medium), and Paradise (luxury). After making an offer, Lestari provide the cheapest fare with 150 Thousand rupiahs each person for three meals.
Black Marlin Resort in Kadidiri Island, Saturday (September 3). Photo by. Ahmad Yani Hasti |
I keep wondering why so many foreign tourist who come on this Togian Islands. Until the speed boat took us to Taipi Island, finally was answered well. Along the way, above the clearly ocean I saw lots of coral reefs. Its beauty enticing me to hold it. After 25 minutes of Kadidiri Island, we finally arrived on Taipi Island. On the beach, I saw lots of small fish with a variety species. Although I’m not good swimmer, I tried to look into the seabed using snorkeling equipment. Stunning scenery, and the things that I saw, it’s just a little part of Togian’s beauty. I also saw Nemo (a popular cartoon character), oops, I mean clownfish, huh.
Clownfish in Togian Islands. Source: Culture and Tourism Department of Tojo Una-una |
If you are good at swimming or diving, I highly recommend this place. Togian Islands not yet received much attention of tourist. And you have the opportunity to explore the hidden beauties in the depth ocean of this islands. There are so many dive spots you can visit. Black Marlin offers services that assist you to explore the dive spot at there, but with a completeness which provided the cost, it’s also not cheap. The more spot that you try to visit, of course drain your pockets deeper. This is comparable with the experience you get. Experience with many species of coral reefs include hundreds species of fish and creatures at there. There are green turtle, hawksbill, and various kinds of shrimp, fish, crabs also interesting to look at. That’s why many foreign tourist found there. Almost all of them were skilled for swimming and diving. It was easier for them to witness the beauty of Togian Islands. Whether by snorkeling or diving into the deep sea, the views of seabed in Togian proverbial as paradise for the tourist.
Snorkeling in Taipi Island, Saturday (September 3). Photo by. Fahmi Ali/ Tempo Makassar |
Day went so fast, we were rushed to Wakai seek cheaper lodgings. On the way to Wakai, while still on Kadidiri I had to watch the sunset that glows beautifully between Togian Islands. But when the mileage Wakai only a few minutes more, its suddenly rain, lucky us because the waves not so big, then we arrived safely. Regarding the weather conditions and rainfall at there, absolutely became consideration for tourist who want to make a visit. Because its related to the risk that you may encounter. Storms and waves sometimes can hit a small speed boat that you ride. Events like that are not expected to happen with you.
Rainbow in Togian Islands, Saturday. Photo by. Ahmad Yani Hasti |
Besides the enchanting views of the sea, and the sunset which gorgeous, there are other things that also attracted our attention. The next day, Sunday (4 September), we were interested to visit in one of the many villages inhabited by indigenous fishermen with famous named Bajo. Sea gypsies tribe called Bajo, it's familiar with simple wooden houses located on the beach and built on the sea. The number of them surrounding of Togian Islands also not a small amount. But this time, the owner of speed boat leads us to Selaka, Perak Islands. Perak islands is still part of Togian Islands, consists of four islands. Two medium-sized islands are inhabited by indigenous Bajo, a medium more as an ancestral burial place, and the other is very small island.
Bajo (sea gypsies tribe) in Perak Islands, Sunday (September 4). Photo by. Fahmi Ali/ Tempo Makassar |
Sunday evening, after getting valuable experience in Togian Islands, we traveled back to Port Ampana. After adequate rest in Ampana, we rushed to make the trip home. My friends back to Makassar, and I do a stopover in Parepare.
INDONESIAN VERSION
Menyelami Keindahan Surga Tersembunyi di Kepulauan Togean
Untuk pertama kalinya, saya akan menginjakkan kaki ke Sulawesi Tengah tepatnya di Kepulauan Togean (Togian), Kabupaten Tojo Una-una. Dimana terdapat gugusan pulau-pulau yang besar dan kecil yang terdiri atas ratusan pulau. Antara lain Pulau Kulingkinari, Pulau Togean, Pulau Kadidiri, Pulau Taipi, dan masih banyak lagi pulau-pulau lainnya yang tak bernama.
Menyelam di laut dalam Kepulauan Togean. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tojo Una-una. |
Saya berangkat dari Kota Parepare pukul 1.00 Wita, dini hari Jumat (2 September 2011). Bersama kawan-kawan yang berlatar belakang jurnalis dari Koran Tempo Makassar, yakni Fahmi, Sukma dan Azis. Melewati Sidrap-Wajo-Siwa-Belopa-Palopo-Masamba (Luwu Utara)-Mangkutana (Luwu Timur)-Poso hingga ke daratan Tojo Una-una tepatnya wilayah Ampana sekitar pukul 21.00 Wita, malam. Perjalanan yang melelahkan. Betapa tidak, jalanan yang mobil kami lalui itu bukan jalan yang benar-benar mulus. Beberapa titik jalan yang kami lalui, kondisinya rusak berat. Misalnya jalanan di Kayu Langi (Mangkutana) dan Marowo (Tojo Una-una). Belum lagi, kami juga melalui area perbukitan yang terjal dengan jalan yang berliku-liku tajam.
Setelah beristirahat di kediaman kerabat kawanku Fahmi Ali (nama lengkapnya), perjalanan dilanjutkan dari Pelabuhan Ampana. Kapal bergerak meninggalkan pelabuhan Pukul 10.00 Wita dan dengan harga karcis Rp. 40.000,- kami pun berangkat menuju Kepulauan Togean. Setelah lebih kurang empat jam perjalanan, kapal bersandar di Wakai, Pulau Batudaka, Kepulauan Togean.
Dari Wakai, mengendarai Perahu Speed yang berukuran kecil. Ke Pulau Kadidiri tarif umumnya Rp. 25.000 perorang. Tapi dengan turis lokal seperti kami, Rp. 20.000,- tiap orangnya kami peroleh setelah melakukan penawaran. Dan tidak sampai sejam, kami tiba di Pulau Kadidiri. Mungkin sedikit mengecewakan buatku Sabtu petang itu (3 September). Karena aku pikir bisa menikmati pemandangan pinggir pantai dan mandi-mandi di sekitar pantai Pulau Kadidiri. Tapi di pinggiran pantai, airnya berbusa dan banyak sampah-sampah plastik. Kebersihannya belum dikelola lebih baik oleh masyarakat lokal di sana. Dan menurut aku, sebagian turis termasuk turis lokal yang datang ke sana ikut andil dengan banyaknya sampah di sana. Menggiatkan program pengelolaan sampah sangat perlu guna memberikan kesan positif bagi wisatawan yang telah berkunjung di sana.
Terdapat tiga resort/penginapan di Pulau Kadidiri dengan tarif umum mulai 200 ribu rupiah. Antara lain Lestari (sederhana), Black Marlin (medium), dan Paradise (mewah). Setelah melakukan penawaran, Lestari memberikan tarif paling murah yaitu 150 ribu rupiah perorang untuk tiga kali makan.
Saya terus bertanya-tanya kenapa banyak turis asing yang datang di Kepulauan Togean ini. Sampai perahu speed membawa kami ke Pulau Taipi, akhirnya itu terjawab juga. Sepanjang perjalanan, dari atas lautan yang jernih saya melihat banyak terumbu karang. Keindahannya, menimbulkan hasrat tersendiri bagi saya untuk menggenggamnya. Setelah 25 menit dari Pulau Kadidiri, tiba juga di Pulau Taipi. Di pinggir pantai saya melihat banyak ikan-ikan kecil dengan berbagai spesies. Meski tak pandai berenang, saya mencoba melihat ke dasar laut menggunakan peralatan snorkeling. Pemandangan yang menakjubkan, dan yang saya lihat itu baru sebagian kecilnya. Di sana, saya juga melihat Nemo (tokoh kartun yang populer), ups, maksud saya ikan badut, heh.
Pulau Taipi merupakan tempat yang baik untuk melakukan snorkeling, Sabtu (3 September). Foto: Fahmi Ali/ Tempo Makassar. |
Kalau anda pandai berenang ataupun menyelam, saya sangat menyarankan tempat ini. Kepulauan Togean belum mendapat banyak perhatian wisatawan. Dan anda memiliki kesempatan untuk mengekplorasi keindahan-keindahan tersembunyi di dasar lautan Kepulauan ini. Ada begitu banyak titik-titik selam yang dapat anda kunjungi. Black Marlin menawarkan jasa yang mendampingi anda untuk mengeksplor titik-titik selam yang ada, tetapi dengan kelengkapan yang disediakan biayanya juga tak sedikit. Semakin banyak yang anda coba kunjungi, tentunya menguras saku anda lebih dalam. Hal itu sebanding dengan pengalaman yang anda dapatkan. Pengalaman dengan banyaknya spesies terumbu karang termasuk dengan ratusan spesies hewan laut lainnya yang terdapat di sana. Ada penyu hijau, penyu sisik, dan berbagai jenis udang, ikan, kepiting, juga kelinci laut yang menarik untuk dilihat. Tak heran banyak wisatawan asing di sana. Hampir semua dari wisatawan asing itu terampil dalam berenang dan menyelam. Itu sungguh memudahkan mereka untuk menyaksikan keindahan dasar laut yang dimiliki Kepulauan Togean. Baik itu dengan melakukan snorkeling ataupun menyelam ke laut dalam, pemandangan dasar laut di Kepulauan Togean ibaratnya surga bagi turis-turis tersebut.
Kelinci Laut, salah satu spesies hewan laut yang dapat ditemui di Kepulauan Togean. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tojo Una-una. |
Hari berlalu demikian cepat, kami pun bergegas menuju Wakai mencari penginapan lebih murah. Dalam perjalanan menuju Wakai, saat masih di Pulau Kadidiri saya juga sempat menyaksikan pemandangan matahari terbenam yang terpancar indah diantara Kepulauan Togean. Dan dalam perjalanan itu juga, saat jarak tempuh Wakai tinggal beberapa menit lagi, mendadak turun hujan, beruntung ombak tidak begitu besar sehingga kami tiba dengan selamat. Mengenai kondisi cuaca maupun curah hujan di sana, mutlak menjadi pertimbangan wisatawan yang hendak berkunjung. Sebab hal itu berkaitan dengan resiko yang mungkin anda hadapi. Misalnya saja, badai dan ombak yang sewaktu-waktu dapat menghantam perahu speed berukuran kecil yang anda tumpangi. Tentu saja kejadian seperti itu tidak diharapkan menimpa anda.
Matahari terbenam di Kepulauan Togean, Sabtu (3 september). Foto: Ahmad Yani Hasti |
Selain pemandangan dasar laut yang memikat, dan matahari terbenam yang menawan, ada hal lainnya yang juga menarik perhatian kami. Keesokan harinya, Minggu (4 September), kami pun tertarik untuk berkunjung pada salah satu desa yang banyak dihuni masyarakat adat nelayan yang terkenal dengan Suku Bajo. Mereka, suku Bajo, identik dengan rumah-rumah kayu sederhana yang berada di tepi pantai dan dibangun di atas laut. Jumlah mereka yang berada di sekitar Kepulauan Togean juga terbilang tidak sedikit. Tapi kali ini, pemilik Perahu Speed membawa kami menuju Subdesa Selaka, Kepulauan Perak. Kepulauan Perak yang masih bagian Kepulauan Togean itu, terdiri atas empat pulau. Dua pulau berukuran sedang yang dihuni masyarakat adat Bajo, satu ukuran sedang lainnya sebagai tempat pemakaman leluhur, dan yang satunya lagi berukuran sangat kecil.
Minggu petang itu juga, setelah mendapat pengalaman berharga di Kepulauan Togean, kami melakukan perjalanan ke Pelabuhan Ampana. Setelah beristirahat yang cukup di Ampana, kami bergegas untuk melakukan perjalanan pulang. Kawan-kawan yang menemaniku harus balik ke Makassar, sementara saya sendiri melakukan persinggahan di Parepare.